Sebelum kita masuk ke topik “kenapa banyak startup yang gagal”, mari terlebih dahulu kita membahas fakta dan mitos di dalam dunia startup :
1. More Money = More Success (False)
Banyak sekali yang menganggap bahwa memiliki banyak uang berarti tingkat kesuksesan sebuah startup semakin tinggi. Padahal, semakin banyak uang yang anda miliki, semakin tinggi juga resiko untuk mengalami kegagalan karena akan susah untuk mengalokasikan penggunaan uang tersebut.
2. Bigger Team = Kickass (False)
Semakin besar suatu tim tidak berarti startup tersebut akan sukses karena resiko juga semakin tinggi. Anda harus bisa memanage tim dengan baik dan ini bukanlah perkerjaan yang mudah dilakukan.
3. More Feature = More Awesome (False)
Ini adalah salah satu startup killer yang banyak terjadi di Indonesia. Banyak yang menganggap semakin banyak fitur, maka semakin keren startup tersebut. Mereka lupa dengan tujuan utama dari produk mereka sesungguhnya. Padahal fitur-fitur yang ditambahkan tersebut belum tentu di pakai oleh user sehingga ini akan menjadi beban bagi startup tersebut karena fitur ini perlu di maintain, walaupun tidak ada user yang menggunakannya.
4. Debt = Death (False)
Utang sebenarnya bukanlah hal yang buruk untuk startup karena iklim investasi di Indonesia belum mature. Jadi, utang bisa dijadikan pilihan untuk meningkatkan modal selama anda tahu bagaimana menggunakannya dengan baik.
5. More % = More Control (False)
Banyak founders yang ingin tetap memiliki porsi saham terbanyak pada suatu startup karena mereka tidak ingin kehilangan kontrol pada perusahaannya sendiri. Padahal sebenarnya kontrol suatu perusahaan ditentukan oleh komisaris perusahaan tersebut. Jadi, walaupun anda memiliki porsi saham paling banyak, investor dengan beberapa komisaris tetap dapat menendang anda keluar.
6. More Revenue = More Healthier Company Become (False)
Ini adalah pernyataan yang salah karena semakin tinggi revenue suatu startup tidak berarti perusahaan itu sehat. Indikasi perusahaan yang sehat lebih dilihat ke casflownya. Contohnya begini, anggap anda mendapatkan deal pada suatu project sebesar 500 juta rupiah, tetapi anda baru dibayar beberapa bulan setelah project itu selesai. Ini berarti perusahaan anda tidak ada pemasukan sampai anda dibayar. Ingat, bahwa anda juga harus membayar banyak biaya seperti gaji karyawan. Anda juga harus berpikir bagaimana mendapatkan uang secepat mungkin. Inilah kenapa walaupun perusahaan anda mendapatkan revenue yang besar, tidak berarti perusahaan anda sehat. Cashflow lah yang menjadi indikator sehatnya perusahaan anda.
Itu lah 6 fakta dan mitos di dalam dunia startup. Selanjutnya, kita akan membahas tentang “kenapa startup gagal”. Banyak startup gagal bukan karena kompetisi, bukan karena kurangnya revenue, tetapi karena masalah internal, yaitu :
1. Bekerja dengan orang-orang yang salah
Berhati-hatilah saat memilih co-founder ataupun meng-hire karyawan karena jika anda salah memilih, ini akan membawa anda ke dalam bencana. Tetapi jika anda meng-hire orang yang tepat, maka ini akan membawa anda ke tempat dimana anda memiliki banyak opportunity untuk terus berkembang.
2. Terlalu banyak berasumsi (tidak ada validasi)
Salah satu kesalahan startup-startup di Indonesia bahwa mereka terlalu banyak berasumsi. Kasus seperti ini sering terjadi saat mereka pitching ke investor dimana mereka hanya berasumsi saja tanpa ada data yang konkrit, tanpa ada sebuah statistik yang jelas yang bisa ditunjukkan ke investor untuk mensupport ide mereka. Jadi, pastikan anda memiliki data yang jelas tentang potensi market yang anda incar untuk mensupport ide anda agar dapat diterima investor.
3. Menyelesaikan masalah yang sebenarnya tidak ada
Sebelum anda membangun startup untuk menyelesaikan suatu masalah yang ada di sekitar anda, pastikan masalah ini bukan hanya anda yang merasakannya, tetapi juga orang lain, karena jika anda hanya menyelesaikan masalah yang hanya dirasakan sekitar 10 orang, itu tidak ada gunanya karena marketnya tidak ada. Ini sama dengan anda berbulan-bulan membuat suatu produk, tetapi di saat produk ini di launched, tidak ada orang yang menggunakannya, it’s useless. Jadi, pastikan siapa yang akan menggunakan produk anda, kenapa mereka harus menggunakannya, dan bagaimana memonetizenya.
4. Progress yang lambat
Banyak pelaku startup salah kaprah dengan menganggap networking seperti datang ke suatu event ataupun meeting itu sangat diperlukan. Padahal di stage tertentu dalam membangun startup, networking itu seharusnya bukan sesuatu yang anda harus fokuskan terlebih dahulu karena terkadang, yang harus anda lakukan adalah duduk di depan laptop untuk berkirim email, membuat produk, dan bertemu dengan client. Jika anda sudah melewati stage ini, karyawan anda sudah bekerja dengan baik, revenue stream tetap berjalan, barulah anda harus berpikir untuk personal branding dan networking dengan banyak orang.
5. Tidak fokus
Fokus adalah musuh terbesar bagi startup karena di saat anda membuat suatu produk, anda pasti ingin menambahkan banyak fitur pada produk tersebut sehingga ini membuat anda tidak fokus dan anda lupa kenapa anda membuat pruduk tersebut pada awalnya, lalu anda berkaca dan menyadari bahwa anda salah. Sebagai seorang CEO, anda pasti akan mengalami kejadian dimana anda diminta orang lain ataupun investor untuk membuat sebuah fitur yang menurut anda itu tidak perlu. Inilah saat dimana anda harus berani untuk mengatakan “tidak!” karena anda sudah tahu untuk apa produk tersebut di buat pada awalnya dan kemana produk tersebut ditujukan. Anda harus benar-benar fokus pada kasus ini.
6. Scaling yang terlalu cepat
Biasanya, ini adalah masalah yang timbul karena produk anda baru saja di launched dan langsung mendapat traction yang tinggi, serta anda mendapat investasi dalam jumlah yang besar dari investor. Anda berpikir bahwa dengan memiliki uang yang banyak, anda harus meng-hire ratusan orang sales, membangun kantor yang bagus, dan secara otomatis revenue anda akan meningkat, tetapi sayangnya kasus seperti ini tidak akan berjalan sesuai rencana. Bukan berarti anda tidak boleh meng-hire ratusan sales dan memiliki kantor yang bagus, tetapi alangkah lebih baik jika anda menggunakan uang tersebut dengan bijak sesuai kebutuhan. Lain halnya jika anda tidak memiliki banyak uang, anda bisa memanage uang anda dengan lebih baik.
7. Dumb money vs smart money
Dumb money adalah uang yang anda peroleh dari investor, sedangkan smart money adalah uang beserta pengalaman, mentorship, dan networking yang diberikan oleh investor. Membangun sebuah startup tidak hanya berbicara tentang uang saja, ada yang lebih penting dari uang, seperti akses ke market, pengalaman dan pengetahuan investor, mentorship, dan network yang mereka miliki agar dapat membantu anda untuk terus berkembang. Tetapi terkadang dumb money baik untuk anda jika anda sudah berpengalaman, anda bisa memanage-nya dan tahu kemana anda ingin berlayar dan cara sampai ke sana.
8. Dumb spending
Selain dumb money, ada juga dumb spending seperti menghabiskan uang pada sesuatu hal yang anda tidak perlukan. Contohnya adalah membuat kantor yang bagus dengan kualitas perabotan yang mahal, padahal ini belum diperlukan untuk startup yang baru saja dibangun.
9. Menghiraukan cashflow
Seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwa cashflow sangatlah penting di dalam bisnis bahkan lebih penting dari revenue itu sendiri. Anda harus bisa membuat pendapatan yang masuk lebih besar dari pada pengeluarannya agar bisnis anda dapat terus berjalan. Cashflow is everything.
10. Market disruption
Market disruption adalah gangguan dari luar seperti kompetisi dari perusahaan lain atau pendatang baru yang memberikan value yang berbeda bahkan lebih baik dari value yang perusahaan anda berikan kepada konsumen. Secara langsung ini mengganggu jalannya bisnis anda. Tech industry adalah industri yang bergerak dengan cepat. Mungkin anda dapat berkembang dengan cepat, tetapi perlu diingat bahwa anda juga dapat bangkrut dengan cepat pula.
9 dari 10 alasan kenapa banyak startup yang gagal adalah karena masalah internal. Hanya satu masalah yang berasal dari luar, yaitu kompetisi. Bagaimana caranya untuk menghadapi kompetisi ini ? Berikut ulasannya :
1. Kompetisi berarti anda bertempur di perang yang tepat
Kompetisi adalah persaingan. Kompetisi berarti anda bertempur dengan perusahaan lain untuk mendapatkan hati konsumen. Ini menunjukkan bahwa ada potensial market di sini. Tetapi jika bisnis anda tidak memiliki pesaing, anda bermain sendiri, dan bisnis anda itu tidak sukses, maka ada yang salah dengan apa yang anda lakukan. Mungkin anda masuk ke dalam market yang sepi konsumen dan tidak potensial. Sekali lagi, pastikan anda bertempur di perang yang tepat.
2. Pilihlah pertempuran anda sendiri
Saat bersaing dengan perusahaan lain, anda tidak harus melakukan head to head dengan pesaing tersebut. Anda harus tahu kekuatan dan kelemahan anda sendiri dan anda harus bersaing di wilayah dimana kekuatan anda tersebut bisa lebih menonjol. Ini akan sangat membantu anda menghadapi persaingan.
3. Kalah untuk menang
Terkadang, anda harus kalah terlebih dahulu untuk memenangkan persaingan di kemudian hari. Dengan kekalahan, anda dapat lebih mengoreksi kekurangan yang anda atau bahkan perusahaan anda miliki. Kita tidak bisa menjadi pemenang pada setiap persaingan, anda harus mundur beberapa langkah demi kemajuan yang lebih baik tanpa kehilangan semangat dan tujuan utama anda membangun perusahaan. Anda harus tetap ingat kenapa anda membangun startup ini pada awalnya.
4. Seharusnya anda fokus ke produk dan konsumen, bukan pada kompetisi
Dan kompetisi bukanlah sesuatu yang harus anda fokuskan. Anda harus bisa tetap fokus pada konsumen, produk, dan pelayanan yang anda berikan. Jangan terlalu sibuk dengan pesaing sehingga melupakan hal-hal yang paling utama di dalam bisnis.
sumber : http://startupbisnis.com/startup-talk-kenapa-banyak-startup-gagal-oleh-rama-muamaya-dailysocial/